Kunjungi Iklan

Saturday, March 16, 2013

HATI ADALAH KUNCI HIDUP

HATI ITU KUNCI HIDUP
*      Allah menciptakan hati dan menjadikannya sebagai raja dan anggota bdan sebagai bala tentaranya. Jika raja baik, maka bala tentara juga ikut baik, Nabi SAW bersabda: “Sesungguhnya di dalam tubuh ada segumpal daging yang jika baik, akan baiklah seluruh tubuh dan sebaliknya jika rusak, akan rusaklah seluruh tubuh. Ketahuilah sepotong daging itu adalah hati” (Muttafaq Alaihi).
Hati adalah tempat berteduhnya iman dan taqwa atau kekufuran, nifak dan kesyirikan. Nabi SAW bersabda: “Taqwa berasa di sini (beliau mengarahkan tangannya ke dadanya sebanyak tiga kali). (H.R Muslim)
*      Iman adalah keyakinan, ucapan dan perbuatan. Keyakinan hati dan ucapan lisan. Serta amalan hati dan anggota badan. Hati mengimani dan embenarkan. Sehingga terucaplah kalimat syahadat dari lisan yang kemudian diamalkan oleh hati berupa mahabbah (rasa cinta), khauf (rasa takut), raja’ (rasa harap). Lisan tergerak untuk berdzikir, membaca al-Qur’an. Anggota badan bersujud dan ruku’ serta beramal sholeh untuk mendekatkan diri pada Allah SWT. Badan mengikuti hati sehingga tidak ada sesuatu keinginan kuat dalam hati melainkan akan tercermin dalam amalan lahiriah bagaimanapun bentuknya.
*      Yang dimaksud amalan hati adalah segala amalan yang tempatnya adalah di dalam hati dan terkait dengannya. Yang paling agung adalah iman pada Allah SWT, sikap membenarkan yang membuahkan ketundukan dan ikrar/pengakuan. Selain itu rasa cinta, takut, harap, rasa kembali, tawakkal, sabar, yakin, khusyu’dll dari seorang hamba pada Allah SWT.
*      Sebagaimana hati memiliki tugas/amalan, ada pula lawan darinya yaitu penyakit hati. Lawan dari keikhlasan adalah riya’. Keyakinan lawannya adalah keraguan. Rasa cinta lawannya adalah kebencian… dst. Jika kita lalai dari memperbaiki hati, maka dosa-dosa akan bertumpuk sehingga membinasakan hati, Nabi Muhammad SAW bersabda:
“Jika seorang hamba melakukan sebuah kesalahan, maka akan dituliskan dalam hatinya satu noda hitam. Apabila ia berlepas diri darinya dengan beristighfar dan bertaubat, maka hati akan dibersihkan kembali. Bila ia melakukan kesalahan kembali akan ditambah noda hitam dalam hatinya. Jika ia masih berbuat dosa lagi, maka akan ditambah lagi noda hitamnya, sehingga bertambah tinggi. Itulah ar-raan yang difirmankan Allah: “Sekali-kali tidak (demikian), sebenarnya apa yang selalu mereka usahakan itu menutup hati mereka”. (Q.S al-Muthaffifin :14) (H.R Tirmidzi).
Beliau Nabi Muhammad SAW juga bersabda:
“Ujian dan cobaan itu senantiasa ditimpakan dalam hati seperti tikar sepotong demi sepotong. Hati mana saja yang menerimanya akan dituliskan titik hitam dan sebaliknya bila hati menolaknya, akan dituliskan titik putih. Sehingga ada dua macam hati. Hati yang putih seperti batu licin. Tidak memudharatkannya cobaan/godaan selama ada langit dan bumi. Sedang hati satunya berwarna keruh, seperti sejenis cangkir jubung yang terbalik, tidak mengenal perkara yang makruf dan tidak pula mengingkari perkara yang mungkar. Ia hanya mengikuti hawa nafsunya.” (H.R Muslim)
*      Mempelajari lebih mendalam tentang ibadah hati adalah lebih wajib dan lebih penting dari mempelajari amalan anggota badan. Karena hati adalah pangkal sedang anggota badan adalah cabang, penyempurna dan buahnya. Nabi Muhammad SAW bersabda:
”Sesungguhnya Allah tidak memperlihatkan rupa dan harta yang kalian miliki. Tetapi Allah melihat hati dan amalan kalian.” (H.R Muslim). Hati adalah tempat bernaungnya ilmu, tadabur dan tafakur. Oleh karena itulah perbedaan diantara menusia disisi Allah adalah bergantung sejauh mana keiamanan, keyakinan dan keikhlasan dll mengakar di dalam hati. Berkata al-Hasan al-Bashri:
“Demi Allah, Abu Bakar ra tidak mendahului mereka (dalam keutamaan) dengan shalat atau puasa. Akan tetapi dengan keimanan yang terukir dalam hati beliau.”

Amalan hati lebih utama dari amalan anggota badan ditinjau dari beberapa segi: 1) Penyimpangan ibadah hati bisa merusak ibadah yang dilakukan anggota badan seperti riya’ dalam beramal. 2) Amalan hati adalah pokok. Lafadz atau gerakan yang dilakukan hati tanpa kesengajaan tidak terhitung sebagai dosa. 3) Amalan hati adalah salah satu factor untuk meraih kedudukan yang tinggi di surge seperti zuhud. 4) Amalan hati adalah lebih berat dan sulit dari amalan anggota badan. Berkata Ibnul Munkadir: “Aku berusaha sekuat tenaga untuk (memperbaiki jiwaku) selama empat puluh tahun sampai akhirnya menjadi lurus”. 5) Amalan hati buahnya adalah lebih indah seperti mahabbah/cinta pada Allah. 6) Amalan hati pahalanya lebih besar. Berkata Abu Darda’ ra: “Tafakur sesaat adalah lebih baik dari shalat semalam.” 7) Amalan hati adalah ibarat motor yang menggerakkan anggota tubuh. 8) Amalan hati dapat melipatgandakan, mengurangi atau bahkan menghilangkan pahala ibadah, seperti khusyu’ dalam shalat. 9) Amalan hati dapat mengganti ibadah yang dilakukan oleh anggota badan, seperti niat untu bersedekah padahal tidak memiliki harta. 10) Pahala amalan hati tiada batas, contohnya sabar. 11) Pahala yang didapatkan dari amalan hati akan terus meski anggota badan sudah berhenti atau tidak mempu untuk beramal. 12) Amalan hati adalah sebelum dan di saat anggota badan melakukan amalan.

*      Tahapan/keadaan Hati sebelum anggota badan melakukan amalan:
1) Hajis: Yaitu fikiran pertama yang terbenak di dalam hati. 2) Khatirah: Bila fikiran tadi menetap dalam hati. 3) Haditsun Nafs: Ragu-ragu, apakah melakukan atau tidak. 4) Hamm: Ia lebih condong untuk melakukan. 5) ‘Azm: Kuatnya keinginan untuk berbuat. Tiga hal yang pertama tidak mendatangkan pahala dalam perkara kebaikan dan sebaliknya tidak mendatangkan dosa dalam hal maksiat. Adapun Hamm, maka kebaikan akan mendatangkan pahala dan perkara maksait tidak ditulis sebagai dosa. Tapi jika berubah menjadi ‘Azm, maka kebaikan akan mendatangkan pahala dan perkara maksiat terhitung sebagai dosa meski belum dilakukan. Karena keinginan yang diiringi kemampuann menjadi factor dilakukannya suatu perbuatan. Allah berfirman:
“Sesungguhnya orang-orang yang ingin agar (berita) perbuatan yang amat keji itu tersiar di kalangan orang-orang yang beriman, bagi mereka azab yang pedih” (An-Nuur :19).
Rasulullah bersabda: “Jika dua orang islam bertemu dan saling berbunuh-bunuhan, maka orang yang terbunuh dan yang dibunuh sama-sama masuk neraka. Beliau ditanya: “Wahai Rasulullah, Orang yang membunuh (wajar bila masuk neraka), tetapi mengapa orang yang terbunuh (juga masuk ke dalam neraka?). Beliau menjawab: “Sesungguhnya ia juga berhasrat ingin membunuh kawannya.” (H.R Bukhari).
*      Orang yang meninggalkan maksiat setelah ‘azm maka ada empat keadaan: 1) Jika ia meninggalkan maksiat karena takut pada Allah, maka ia beroleh pahala. 2) Meninggalkan maksiat karena takut pada ,manusia, maka ia berdosa, karena meninggalkan maksiat adalah ibadah, dan harus dilakukan karena Allah. 3) Jika ia meninggalkan maksiat karena ketidak mampuan tanpa ada usaha untuk melakukan factor-faktor terjadinya kemaksiatan, maka ia juga berdosa karena keinginan kuatnya tadi. 4) Meninggalkan maksiat karena tidak mampu padahal ia sudah berusaha melakukan factor-faktor terjadinya kemaksiatan, maka ia mendapatkan dosa penuh seperti orang yang benar-benar melakukannya, karena keinginan kuat ditambah dengan usaha untuk sampai pada maksiat menjadikan pelakunya seperti oran yang maksiat-sebagaimana tersebut pada hadits di atas-.
Amalan bila disertai dengan hamm, maka akan mendapat hukuman/dosa, baik perbuatan tersebut dilakukan ataupun ditunda. Maka orang yang mengerjakan perbuatan yang haram lalu ia ber’azam untuk mengulanginya kembali kapan saja ia mampu, berarti ia terus berada dalam kemaksiatan dan ia berdosa dengan sebaik niat tadi walaupun ia belum melakukan maksiat kembali.

#Sumber: Tafsir Al-‘Usyr Al-Akhir